Maret 11, 2012

Komentator di balik bilik.

Saat menulis ini, saya sedang membuka tab baru memuat artikel-artikel yang ditulis oleh laki dari salah satu sahabat saya (yang kemudian disebut "tetangga sebelah"). Pemilik blog sebelah adalah seorang kakak tingkat satu fakultas dan satu jurusan dengan saya. Saya pikir ini akan menjadi sebuah cara pengecut untuk mengomentari blog tetangga sebelah tanpa menimbulkan keributan.

Saat memasuki beranda utama, tetangga sebelah akan menampilkan tentang profil utamanya. Disana akan tertulis judul "SIAPAKAH *PENULIS* ??". Sesaat membaca artikel tersebut, saya tergelitik untuk mengomentari apa yang tertulis tentang dirinya. Semacam deskripsi singkat yang mengandung banyak pujian tersirat dan 'topeng' dari penulis. Kesan pertamanya adalah : "Ok, cukup lumayan untuk memuji diri sendiri...".

Disamping kiri beranda tampilan, saya menemui beberapa judul artikel yang mengundang makna ambigu untuk beberapa detik persepsi. Judul-judul yang ditulis lumayan ringan, tapi entah bagaimana dengan isinya. Diantara list judul-judul tersebut, saya tertarik dengan artikel dengan judul "Dari Kopi Kemana-mana". Disini si tetangga sebelah itu, semacam membahas tempat ngopi dan hal-hal yang bisa dilakukan saat ngopi. Satu paragraf diakhir artikel yang berhasil saya copas adalah "Seperti, “Dari Kopi Kemana-mana”, panasnya kopi tak sampai membuat lidah dan bibir kita ndower, tetapi obrolan disaat ngopi disini tak sampai membuat dahi mengernyit. Karena waktu ngobrol semua topik pun dibahas secara santai seperti di pantai, slow seperti di moscow (hahaha)."

Oke sepertinya artikel yang saya baca ini isinya lumayan. Intinya si tetangga menuliskan kegemarannya untuk ngopi. Bahasa yang dipakai ringan, santai, persis seperti yang biasa ditampilkan sosoknya setiap hari.

Kemudian saya beralih ke artikel berikutnya yang berjudul "(Hotpants menjadi trend) Apa Bedanya Paha Ayam dan Paha Cewek?".
Ini adalah artikel paling menarik yang menggelitik untuk dikomentari. Disini si tetangga sebelah seolah-olah mempunyai banyak profesi; sebagai kawula muda penikmat paha ayam sekaligus paha wanita, sebagai pengamat sosial, sebagai designer, sebagai ahli cuaca, sebagai sosok orang tua yang sok kuno dan bahkan sebagai ahli kesehatan. Saran saya, selain hanya menulis artikel, sebaiknya si tetangga tidak malu untuk melakukan tindakan nyata. Seandainya saja ia lebih berani memberikan kain atau jaketnya untuk para pemakai hotpants, saya sebagai wanita akan sangat berterimakasih sekali, nyata ada orang yang memperdulikan etika kesopanan. Meskipun dengan resiko harus dipermalukan. Untung saja saya sendiri tidak pernah memakai hotpants untuk keluar rumah (kecuali ke pantai) dan bahkan menemui tamu di rumah pun saya rela berganti celana panjang.

Hmmm... salut saya kepada senior di blog sebelah yang begitu kritis mengangkat fenomena hasil pengamatan dari tempat ngopi hanya dengan obrolan santainya. Semoga apa yang saya tulis disini bukan hanya menjadi kritisan pengecut meskipun saya enggan menyampaikan langsung kepada si tetangga. :D

1 komentar:

  1. hahaha... keren sekali komentator dibalik bilik ini.. semua dibahas dngn semangat oleh si penulis dngn gaya kritikan alusnya :D

    BalasHapus

mari berbicara..