Maret 19, 2013

menyikapi hati

dan aku menyikapi hati dengan caraku sendiri.
seseorang, siapapun itu, tidak akan pernah mampu menanamkan kehendaknya padaku.
pilihannya hanya dua. terus berjuang atau mundur perlahan.
sebenarnya ini bukan sebuah masalah penting untuk dipikirkan. ini sekedar memaksa perasaanku untuk lebih peka terhadap apa yang dirasakan orang lain.
miris jika harus membunuh perasaan sendiri dibanding memahami perasaan orang lain.

suatu kebodohan ketika aku harus memilih satu diantara dua padahal aku tidak menginginkan pilihan. akan banyak seribu mulut yang mengeluarkan sejuta cacian dan seribu pasang mata yang memandangku tajam. bukan salah seribu mulut dan seribu pasang mata jika harus menghakimiku dengan kejamnya. tapi memang keadaan dan kebiasaan. bukan soal cacian atau tatapan orang lain. tapi karena kamu dan kamu yang membuatku pada posisi ini.

aku bisa membiarkan kalian jatuh karena langkah kalian sendiri. aku bisa menertawakan kebodohan kalian, bisa menjatuhkan kalian atau apapun yang menyengsarakan kalian.
seandainya kalian berfikir, kenapa aku harus menjaga perasaan kalian, sedangkan kalian tidak pernah menjaga perasaanku? kenapa aku harus mengerti kalian, kenapa aku yang harus disalahkan?
ini bukan aku yang mengehendaki tetapi kalian. kalian yang harus disalahkan, bukan aku yang menjadi merasa bersalah pada kalian.
ini menjengkelkan. ini menyebalkan.