Agustus 15, 2014

Woman's Rules - Memasuki Usia di-Yuk Nikah!-in sama Pacar





Setelah memasuki usia paling rawan dikasih undangan pernikahan dan ditinggal nikah mantan, kini saatnya memasuki masa-masa sering dikasih pertanyaan : "kapan nikahnya?".  Ok well, pertanyaan sederhana ini sebenernya bisa dijawab dengan sangat mudah. Senyumin, trus bilang "santai dulu lah". Tapi dalam beberapa kesempatan apalagi menghadapi orang-orang dengan tingkat kekepoan superior, pertanyaan sederhana ini menjadi persoalan paling susah dijawab dan disenyumin. Entahlah, sepertinya bagi mereka apapun jawaban saya tidak akan pernah tepat. selalu ada pertanyaan yang menyusul setelah jawaban keluar dari mulut saya.

Akhir bulan Juli kemarin saya merayakan pertambahan umur. Ga sadar udah mulai tuwir banget ye jooonn.. Udah kepala dua yang lebihnya hampir setengah kilo. Belum-belum.. iya saya belum lulus kuliah. Saya masih berkutat dengan kesibukan yang sebenernya gak begitu penting dan masih memperjuangkan semester akhir. Lama bett busyeeet! Iya... lamaa yaa.. saya juga udah mulai mikir tentang keterlambatan proses ini. Ya tapi semua masih sedang diusahakan. Mengusahakan memperbaiki buah kesalahan.

Inshaa Allah...


Di usia-usia ini, saya yakin para wanita telah menikmati kesibukan barunya, mulai mandiri terhadap kebutuhan, mulai meningkatkan level kecantikan dan penampilan, memperbaiki kualitas dirinya, berpikir tentang calon suami yang tepat, rencana pernikahan, dan konsep gaun pernikahan. Tidak dapat dihindari. Kebiasaan dan kebudayaan jawa menuntut wanita harus cepat menikah sebelum menginjak usia yang lebih dari usia perak. Kebetulan sekali orang tua saya open minded terhadap perubahan jaman. Sebenarnya mereka tidak menuntut saya untuk menikah cepat -karena saya juga gak pengen nikah muda- tetapi entah kenapa selalu mengingatkan tentang rules ini. Jadi bingung. Ga nyuruh nikah, tapi bawel ngingetin trus bahwa saya sudah harus berhenti maen-maen dan harus mulai fokus dengan masa depan saya. Oh oke, I see..

Sedikit peringatan, kali ini saya sedang tidak bersahabat dengan para jombloers yaah. Saya sedang ngegenk dan kompakan sama ciwi-ciwi yang udah punya pasangan. Jadi para jombloers, sebaiknya minggir dulu sedikit, daripada ileran, delusi, ilusi, kemudian makan hati dan depresi. Hihihi

ok, back!
Yang udah punya mamas tercinta dan teryakini, pernah punya obrolan ringan tentang 'nikah usia berapa ya enaknya' belom ??? Udah pernah ditanyain "mau nikah muda enggak" atau sekedar omongan "aku mau serius sama kamu, niatku nikah dan ini pacaran yang terakhir". Pernah ngerasain tangan yang dingin dan tumbuh bunga-bunga di dada kalian belom? udah pernah ngerasain efek kupu-kupu didalam lambung yang bikin pengen pipis, tapi gak pipis pipis???

Ahahahaha
:D

Ya, saya sudah.
Alhamdulillah mamas saya (sok unyu bet, pake panggilan ini) telah memantabkan hatinya kepada saya. Ciyee  ~
Mamas punya niat serius dan memang pada awal komitmen dia telah menawarkan hal niat dan tujuannya kepada saya. "Gak sekedar maen-maen yah, ini dibuat serius buat kedepannya, karena usia udah segini dan memang sudah menjadi kebutuhan saya kedepannya nanti".
Awal duluuuu itu saya sudah merinding dan udah kena efek kupu-kupu pas mamas bilang begitu.
Respon saya?
Disenyumin sambil ngomong dalam hati "gila!! serius banget nih bocah. akika mana bisa bok?!" :D

Nah beberapa waktu yang lalu, pas mamas pulang ke Jawa untuk liburan cuti lebaran, kami ketemu hampir setiap hari di dua puluh hari jatah liburnya. Dalam satu kesempatan pas perjalanan pulang, di dalem mobil tiba-tiba dia senyum sambil menatap saya. Anehnya tatapan ini selalu berhasil melelehkan hati saya dan menjatuhkan bintang-bintang di rongga dada saya. *halah. Tapi serius -saya lanjutkan- saya sempet nge-freeze pas dia bilang "Amiiiiin.. ada yang doain kita lagi. Suruh gak boleh lama-lama tuh Nokk. Yuk kapan?" -scene ini diambil beberapa saat setelah bertamu di rumah sahabat kami dan ibunya mendoakan kami untuk cepat menikah-

Oh my God! Kenapa sih mamas gak sadar banget kalo kata-katanya dia tuh bikin saya selalu deg-deg an, ngilu hati dan jadi mikir "udah ditantang nikah tuh, berani nggak?"
Trataktaktakk dung cess!!
Bayangin gak sih rasa seneng, bahagia, tapi kaget, takut, bingung dan speechless??
Ya gitu itu!!!
Aaaaaaaaakkkk...

Dan lagi, jurus andalan saya : SENYUMIN AJA

---------

Kemarin, entah obrolan tentang apa, saya lupa. Tiba-tiba aja via sms, mamas ngetext saya dengan kalimat "NIKAH AJA YUK NOK!"
Jeeedddeeeeerrrr!!!
Saya kesamber bledek.
Sms macam apa ini haaa??
Sekali lagi saya dibikin speechless and frozen!

----------

Saya pernah membaca buku yang mengatakan biasanya lelaki memang lebih banyak menunda perikahannya dikarenakan beberapa alasan. Saya lupa judul bukunya apaan. Saya cari lagi, tetep gak ketemu. Tetapi ini ada artikel yang hampir mirip dengan buku yang pernah saya baca : ALASAN PRIA TAKUT DIAJAK MENIKAH .

Tapi tidak semua lelaki takut menikah atau menunda pernikahannya. Saya sendiri sedang mendampingi lelaki sebaya, tetapi lebih mempunyai visi kedepan tentang pernikahan. Malahan saya yang belum punya gambaran sama sekali tentang kehidupan pernikahan.

Saya pernah tanya alasannya, kenapa dia sudah berani memperbincangkan pernikahan. Bagi lelaki yang sudah mempunyai pekerjaan tetap dan mampu menabung untuk masa depannya, apalagi yang ia pikirkan lagi kecuali pendamping hidup?
Kenapa? Ya mungkin saja karena lelaki yang sudah memiliki pekerjaan tetap dan sudah cukup mapan. Sudah merasa mampu untuk mengambil alih tanggung jawab seorang ayah terhadap anak perempuannnya.

----------

Kembali lagi.
Menurut saya, sempurnalah kebahagian seorang perempuan yang menjaga sebuah komitmen hingga ia diminta untuk menjalani kehidupan bersama dalam ikatan agama dengan status halal dan menerima hak serta menjalani tanggung jawab sebagai seorang istri.

Keputusan untuk siap atau tidaknya dalam menerima ajakan "yuk nikah" semua kembali pada pribadi masing-masing. Bukan karena batasan usia atau status ekonomi atau kematangan fisik dan mental, atau mungkin kriteria yang memenuhi bagi calon suami.
Tetapi lebih pada kesiapan hati dalam menerima dan menjalankan tanggung jawabnya.

Postingan saya kali ini emang berasa curhat sekali.. Dan sesuai dengan tujuannya, tidak ada salahnya saya ingin berbagi. :))
 
Jadi, kalo diajak sang kekasih hati untuk menikah? Apa jawaban kalian?
Sudah siapkah kalian untuk menjadi seorang istri?
Sudah siapkah kalian menjalani sebuah pernikahan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mari berbicara..