Agustus 29, 2014

WOY, JANGAN SURUH MEREKA LEPAS JILBAB!!!


Saya risih.

Beberapa waktu yang lalu saya sedang kongkow unyu dengan beberapa teman fotografer Kediri di sebuah cafe yang kebetulan saat itu sedang merencanakan acara hunting bareng untuk minggu depan. Kounyu ini dalam rangka undangan dari Bapak Gopung (panggilan kehormatan karena merasa doi lebih senior) untuk sekedar membantu teman-teman yang lain. Padahal saya gak ada niat bantu. Yang ada saya mau kepo, mau ngrecokin dan mau iseng. Beberapa saat kemudian setelah nongki santai ini tampaknya sangat kondusif dan serius sekali, ada hal yang membuat saya sedikit merasa jengkel karena obrolan yang keluar forum. Obrolan yang berubah menjadi acara gosip bareng para lelaki rempong tentang calon isteri. Pasalnya kami yang sedang ngobrol santai -untuk merencanakan acara minggu depan- harus mengalihkan perhatian pada sepasang muda-mudi yang datang sambil berpegangan tangan dan mengambil meja tepat di depan kami....


Sebenarnya tidak ada dari mereka yang begitu menarik perhatian kami sampai kami mendapati seorang gadis ber-cardigan tosca, shirt hitam terbalut rapi dengan jilbab gelap yang senada, tiba-tiba mengeluarkan sebatang rokok dari bungkus di atas meja depannya dan memindahkan ke bibir mungilnya dan mulai menyalakan pemantiknya.

Iya. Aksi itu yang memicu komentar para teman di samping kiri dan kanan saya. Kami saling pandang dan kemudian sekejap forum out of focus.
Komentarnya? 
Banyak.
"Busseeett.. itu cewek gak malu apa sama jilbabnya?", "Sini mbak, saya lepasin jilbabnya?", "Kenapa nggak pake rokmini aja sih?", "Percuma berjilbab, kelakuannya kayak gitu.." dan bla bla bla lainnya..

Sedang yang lain sibuk dengan pengkoreksian jilbab yang melekat pada gadis tadi, yang saya pikirkan adalah kenapa cowoknya gak ngelarang?

-----------------------


Mendengar dan menyimak berbagai komentar yang keluar dari meja saya, saya menangkap sebuah persepsi yang cenderung mendiskriminasi pada perempuan berjilbab. Memang apa salahnya merokok? Agama tidak mengharamkan. Karena kesannya kayak cewek gak bener? Kesan kan yang bikin manusia sendiri.
Saya bukan mengindahkan perempuan yang merokok. Saya sendiri tidak suka dengan bau rokok dan memilih hidup bersama lelaki yang tidak merokok. Bagi saya apa yang dilakukannya tidak merugikan orang lain, kecuali orang-orang disekitarnya. Toh cowok yang duduk disebelahnya juga keliatan santai aja, nggak keberatan. Berarti tidak ada yang salah. Dan tidak seharusnya dia diberi komentar tentang jilbabnya.
Memang apa hubungannya merokok dengan jilbabnya?


Masyarakat Indonesia ini suka sekali memberikan penilaian kepada seseorang berdasar apa yang ia kenakan atau apa yang ia lakukan. Inilah stereotipe.
 
Stereotipe adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Stereotipe merupakan jalan pintas pemikiran yang dilakukan secara intuitif oleh manusia untuk menyederhanakan hal-hal yang kompleks dan membantu dalam pengambilan keputusan secara cepat. -Akhirnya saya mulai membuka kembali pelajaran semester awal-

Dalam pandangan masyarakat kita, wanita berjilbab selalu diidentikkan sebagai wanita yang santun, kalem, rajin shalat, rajin bersedekah, sering ikut pengajian, dan berbagai predikat kesalehan lainnya.

Tapi tidak sadarkah kalo stereotipe yang diberikan kepada perempuan berjilbab ini pada akhirnya membatasi perempuan untuk mengeksplorasi potensi dalam dirinya.
Salah kah kalo perempuan berjilbab keluar menjadi seorang single traveler?
Salah kah kalo perempuan berjilbab belajar menjadi DJ?
Salah kah kalo perempuan berjilbab nge-dance dan melompat berirama sesuai dengan lagu RnB kesukaannya?
Salah kah kalo perempuan berjilbab berprofesi menjadi seorang caddy?
Salah kah kalo saya, seorang perempuan berjilbab, saat ini sedang duduk di meja yang sama dengan delapan teman lelaki dan sering memburu gambar dengan kesemua lelaki di club fotografi?

Wake up!
Jilbab bukan tentang akhlak dan moral baik. Jilbab udah menjadi kewajiban bagi perempuan islam.
Jilbab bukan cuma diwajibkan buat perempuan-perempuan yang moralnya udah baik aja, tapi SEMUA PEREMPUAN YANG MERASA ISLAM.
Kalo yang gak merasa atau belom merasa sih, urusan mereka dengan Tuhannya.
Apapun kelakuan mereka -para perempuan berjilbab- sudah harusnya mereka dikasih jempol untuk langkah awal. Setidaknya mereka telah melaksanakan kewajibannya.
Jilbab bukan sebuah penghalang bagi para perempuan untuk mengeksplorasi dirinya. Jilbab bukan tirai untuk menyembunyikan kepribadian unik mereka. Kalo udah bawaan asik dari lahir, harusnya dengan berjilbab bisa tetap asik-asik aja kok. Kalo aslinya keren, ya bakal tetep keren. Jangan menuntut perempuan yang boyish, yang suka khayang ato salto, yang hobinya maen bola ato balapan dijalan harus anteng dengan jilbab mereka. Jangan harap mereka jadi perempuan yang manis, pendiem, kalem, yang kemana-kemana bawa mukena, yang ringtone handphonenya make lagu Opick ato Maher Zain. Jilbab bukan untuk itu.


Jadi kalo ada perempuan berjilbab seperti perempuan di depan meja kami gimana?

First, DON'T ASK HER TO TAKE OFF HER HIJAB!!! Allah yang nyuruh, dia yang perang melawan kebebasan berpakaian, malah kalian maen suruh lepas aja. Emang ada yang mau nanggung dosanya dia, dosa bapaknya, dosa saudara laki-lakinya (dan termasuk dosa calon suami dan calon anak laki-lakinya) kalo mereka lepas jilbabnya???
Coba yaa.. daripada bilang "Mau saya lepasin jilbabnya mbak?" bukannya mending "Mau saya gantiin gak mbak? Biar saya aja yang ngerokok"

Second, Kesalahan yang dilakukannya bukan kesalahan jilbabnya. Jangan mengaitkan perilaku seseorang dengan jilbab yang dikenakan. Jujur aja, komen dari teman-teman fotografi ada yang sedikit menyinggung hati saya. Pas mereka mengeluarkan komen2 hasil kekagetan dan terperangah melihat adegan didepannya saya mau teriak gini : "HALOOOO... Disini juga ada yang berjilbab keleus!!"

Third, Talk Less Do More. Jangan cuma bisa koment, kalo berani tegur langsung dong..
Sadarkan mereka kalo yang mereka lakukan kurang bener. Kasih dukungan ke mereka buat lebih bertanggung jawab dengan pilihan mereka untuk mengenakan jilbab. Dengan kata lain membantu mereka memperbaiki perilaku yang dianggap kurang pantes dilakukan. Misal kayak pacarnya mbak-mbak tadi harusnya bisa negur ceweknya yang punya kebiasaan merokok. Kalo emang susah dibilangin alias mbaknya bandel, diajak pulang aja, ngerokok dirumah. Jadi ga bakal dikomen macem-macem sama orang seantero cafe.
Sedikit-sedikit kan perilakunya bakal berubah menyesuaikan dengan harapan dan stereotipe dari masyarakat.

Oiya, pesan ini bukan hanya untuk seluruh lelaki bawel yang suka iseng ngomenin orang, tetapi juga buat perempuan-perempuan yang suka pake alasan "jilbabin hati dulu baru jilbabin aurat, perbaiki kelakuan dulu baru perbaiki penampilan".
Baik ato buruk perilaku kita, yang nentuin dosa Allah sama malaikatnya.
Baik ato buruk perilaku kita, jilbab itu wajib.
Yang bisa kita lakukan cuma memperbaiki diri, melaksanakan kewajiban, memperbanyak amalan dan melakukan yang baik-baik.

Yuk ah, saya juga lagi belajar kok.



Jadi, ada yang salah sama jilbab saya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mari berbicara..