Juli 24, 2014

Saya Ribet?? MEMANG!!

 

Kamu RIBET banget dah ah!

 

Iya, makasih...

:D


Beberapa waktu yang lalu teman SMA saya, Getha, meminta saya untuk mengantarkannya membeli beberapa barang yang akan dia pakai untuk lebaran beberapa hari lagi. Seperti biasanya, memang persahabatan kami cukup akrab dari semasa SMA. Teman sekelas dan teman seorganisasi. Kami sudah seperti saudara kandung sendiri yang udah gak punya rasa sungkan satu sama lain. Sebaya yang dengan enaknya bisa menjitak kepala, mencubit pipi dan menendang pantat di depan umum.
Seperti siang ini, dia merengek meminta ditemani belanja ala cowok.
Oke.. ini tidak bisa diterima ketika alasannya adalah "daripada jalan sendirian". Padahal banyak teman yang bisa diajak jalan selain saya. Dengan sedikit alasan, saya menolak ajakannya. Sebenarnya hanya untuk menggodanya dan menge-test seberapa penting ia membutuhkan saya, karena saya tau motif ajakannya dibalik "daripada jalan sendirian" adalah ia meminta saya untuk memilihkan pakaian yang mau dia beli. Hanya saja dia terlalu gengsi untuk mengakui bahwa selera saya lumayan (maafkan, ini hanya kesombongan dan keGEERan semata).
Dan saya sangat puas ketika pada akhirnya keluar kata-kata permintaan yang mengejutkan. "iya Nhoookk... aku minta ditemenin biar nanti kamu yang pilihin baju buat aku"
HAHAHAHA. Saya yakin dia mengeluarkan kata-kata tersebut dengan sangat terpaksa.

Obrolan berikutnya adalah menentukan tempat dan waktu yang tepat. Bagaimana kita akan bertemu atau dia akan menjemput saya dirumah. Setelah pergulatan kecil yang menyebabkan mata melotot dan bibir monyong, akhirnya ada kesepakatan, yakni dia menjemput saya dirumah, meskipun ujung ke ujung setelah buka dan sholat di rumah masing-masing.
Sesaat sebelum mengakhiri obrolan, saya mengajukan satu syarat akhir agar dia bisa menjemput saya dirumah, dan acara belanja ala cowok yang mungkin bakal rempong berjalan lancar adalah saya memintanya untuk menghubungi pacar saya, yang juga sahabatnya, untuk meminta ijin, atau sekedar meminjam saya untuk diajak jalan.

Respon yang sudah saya duga. UMPATAN. Biasa saja buat saya. Karena memang sudah begitu kebiasaannya. Disusul kata-kata celaan yang bilang saya lebay.
Oke terimakasih sudah mengingatkan saya ribet. Dan begitulah.
Bukan tanpa alasan, meskipun pacar saya juga teman dekatnya, sangat dekat malah. Tapi saya telah menjadi hak seseorang saat ini, hak sebagai pacar. Menurut saya, sedekat apapun hubungan mereka, saya menghindari salah paham dan begitulah saya menghargai sebuah hubungan, menghargai posisi pacar saya sebagai pacar yang berhak memberikan ijin atau mengutarakan keberatannya. Meskipun saya sudah yakin, pacar saya sama sekali tidak akan keberatan kalo pacarnya dipinjam untuk memilihkan baju dan menemani temannya potong rambut.

Kenapa saya  ribet?
Pacar saya sedang tidak dalam jangkauan yang mendukung. 1348 KM adalah jarak yang tidak dekat. Kalopun masih terjangkau dalam hitungan menit untuk menemuinya, saya yakin acara belanja ini tidak akan seribet ini. Dan pastinya tidak hanya berdua saja, tetapi bertiga, dengan pacar saya.
Menghargai hal-hal sekecil ini mampu membuatnya merasa "dianggap" dan ini akan baik untuk hubungan kedepannya. Saya rasa inilah bentuk sederhana dari "aku sayang kamu".
Saya ribet? Memang. Dan saya menikmatinya, begitu juga orang-orang disekitar saya, pasti akan berterimakasih untuk keribetan saya. :)

Bagaimana dengan anda, masih gak mau ribet?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mari berbicara..