November 27, 2014

Women's Rules - Menjadi Ibu-Ibu Setengah Harga

Hooaaaamm!!
Hari yang melelahkan. Seharian ini aktivitas gak nyantai banget. Harus bolak-balik ke beberapa tempat karena tuntutan kebutuhan. Yap! Beberapa hari ini saya rempong. Intuisi dan naluri sebagai anak perempuan yang secara sadar harus mengambil peran dan tanggung jawab dari ibunya untuk "ngurus" rumah. Dan jadilah saya harus membeli beberapa barang belanjaan sesuai dengan list.
Capeeeek... (nada manja, sambil nggeliat ulat. - Pletek!- Laptopnya ketendang)
Masih single aja serepot ini ngurus rumah, gimana kalo udah punya rumah sendiri? Blom lagi kalo suami lagi on duty. Blom lagi kalo saya hamil. Blom lagi kalo saya udah punya anak. Blom lagi kalo begini... blom lagi kalo begitu... -Ah sudah lah, ini kejauhan-.

Oh iya.. wanita ini sudah dewasa lho.. (benerin krah baju).
Kok bisa banget bilang gitu? Ya dong.. soalnya saya merasa sudah berevolusi menjadi "ibu-ibu setengah harga" alias tukang nawar. Hahahaha. Evolusi alamiah ini membuat saya sadar bahwa menawar adalah kegiatan wajib di pasar, yang jelas bukan pasar modern, apalagi swalayan, apalagi supermarket. Dulunya, saya jengkel sekali dengan ibu-ibu yang ngotot beradu harga, semena-mena sama yang jual, ngambil paksa dengan harga rendah, ngeyel minta diskonan dan potongan harga sampai main lempar duit dengan gaya Farida Pasha sebagai mak lampir. Oh my God! Ibu-ibu ini annoying sekali yah, masa kembalian duaratus perak aja ditungguin, masa selisih harga maratus aja harus sampai perang bela harga ala Captain America? "Yaudah sih.. cepek aja, yaelah.. gopek doang" -DULU-

Daaaaaaann..................


Hari inilah saya mulai kehilangan logika bahwa gak tau darimana asalnya menawar adalah sesuatu yang menyenangkan. oke, ini belom ada alasannya. Menawar adalah hal wajar, begitu juga bagi penjual. Bahkan saya sedikit tercengang ketika saya mengambil langkah diam sesaat setelah mendengar jawaban dari pertanyaan pembuka "berapa harganya, bu?", seraya setelah menjawab nominal harganya dan melihat respon saya yang mungkin keliatan mikir pantes ato enggak soal harganya, ibu penjual itupun dengan sigap menyambung kalimat "boleh ditawar kok mbak" sambil senyum kecil.
Oh helloooo! saya -DULUNYA- pikir bahwa sebagai penjual akan merasa jengkel sekali kalo ada calon pembeli yang ngotot minta turun harga, tapi hari ini saya mengetahui bahwa se-tradisional apapun penjual sudah cukup cerdas bermain strategi pasar.
Otak saya, saat itu, masih belom nyampe buat mikir, dan dengan polosnya saya nanya "kok malah nyuruh nawar, bu?"  -kemudian saya sangat menyesal atas pertanyaan bodoh ini-.
Saya melihat ibu penjual itu juga sedikit tercengang dengan pertanyaan saya, dan mungkin juga gak habis pikir sama pertanyaan konyol ini.
"ya biar mbak beli. Maunya harga berapa. kalo sesuai saya kasih". jawabnya polos.
Jadi.. sudah tau kan ternyata penjual-penjual ini pinter. Kasih jebakan, kasih umpan harga, dan ternyata voila! strategi pasar. Ini pelajaran bagi mahasiswa yang kalah sama penjual di pasar.
Kalah pengalaman.

Para penjual ini pasti sudah mempunyai ekspektasi dari kemungkinan bahwa "ibu-ibu setengah harga" berkeliaran bebas di pasar dan peluang untuk ditawar adalah BESAR. Makanya mereka mengantisipasi perang bela harga ala captain america dan potensi tipis untung dengan menaikkan harga menjadi beberapa kali lipat dan memberikan ujian "pantas atau tidak" kepada "ibu-ibu setengah harga".
Yap, kegiatan tawar menawar pada nyatanya melibatkan instuisi, feeling dan kepekaan seseorang untuk melihat "pantas atau tidak" atas harga yang diberikan. Well, ini rumit. Perlu banyak ilmu, informasi serta pengalaman untuk melakukan hal ini. Saya jelas belum punya banyak pengalaman disini.

Apa yang terjadi atas penawaran tadi?? Saya senyum dan langsung ambil langkah seribu.
Kabur.
Saya sudah merasa bodoh dan merasa -sedikit- malu karena pertanyaan freak tadi. Seandainya saya bisa pura-pura mati di pasar... :( Hmmmmm.. Apa yang ibu penjual tadi pikirkan? Ibunya udah maki-maki saya kali yaa? entahlah, saya tidak mau mikir. tidak mau tau. (pada saat nulis ini saya jadi kepikiran lagi. kemudian mikir, kemudian yaweslah..)

SEKARANG, saya tertarik, berminat dan bersedia dengan senang hati menjadi ibu-ibu setengah harga yang DULUNYA saya anggap annoying sekali. Dan sekarang saya tau, bahwa sebenarnya penjual lebih kejam dan licik. dan SEKARANG saya mengerti bahwa menawar adalah hak dari para ibu untuk menghemat uang jatah belanja, hak untuk mendapatkan barang sesuai dengan kepantasannya.
Kalo kita gak mau ribet, silahkan belanja di swalayan dan supermarket dengan harga pas dan dengan kualitas yang sama dengan di pasar dan harga yang jauh lebih mahal.
Percayalah, selisih duaratus dan maratus perak sangat berharga jika kita mengumpulkan selisih harga dari banyak item barang yang kita beli. Percayalah.

At least... saya puas sekali dengan kegiatan hari ini.
Puas nawarnya, puas nyeselnya, puas ketipunya, puas capeknya, puas panas-panasannya dan puas dengan ilmu baru dari pengalaman yang saya dapatkan.

Yuk menawar!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

mari berbicara..